Berkunjung Ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Hy everyone...😃

Kali ini aku ingin berbagi informasi tentang perpustakaan yang dimiliki oleh negara kita tercinta, Indonesia. Jangan sampai tidak tahu bahwa Indonesia memiliki perpustakaan yang tertinggi di dunia (126,3 m) yang terdiri dari 27 lantai termasuk basement. 

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berada di Jalan Medan Merdeka Selatan 11, Jakarta Pusat. Lokasinya dekat dengan Monumen Nasional dan Balai Kota. Kalau ingin kesana naik KRL bisa turun di Stasiun Juanda, kemudian melanjutkan perjalanan naik taxi, ojek, atau bajaj.
 
Jam buka:
Senin08.30–18.00
Selasa08.30–18.00
Rabu08.30–18.00
Kamis08.30–18.00
Jumat09.00–18.00
Sabtu09.00–16.00
Minggu09.00–16.00

Depan Gedung Utama Perpustakaan


Sejarah Pendiriran:
Tulisan ini aku ambil dari halaman Wikipedia.
 
Perpusnas berawal dari didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778 yang menjadi pelopor Perpusnas. Lembaga tersebut dibubarkan pada tahun 1950.

Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
  • Perpustakaan Museum Nasional;
  • Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS);
  • Perpustakaan wilayah DKI Jakarta;
  • Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan;
Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional. 

Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum. 

Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989. 

Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.

Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tetapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sumber:

Suasana di dalam Perpusnas:
Setelah sampai di perpusnas, kita dapat langsung masuk melalui pintu depan terlebih dahulu, di gedung pintu masuk depan kita dapat berkeliling melihat-lihat pajangan tentang perpustakaan, kreasi-kreasi tentang Indonesia, dan pajangan tulisan-tulisan seperti aksara jawa, sunda. Di sini kita dapat berfoto bebas.

Setelah puas berkeliling dan berfoto (bagi yang ingin mengabadikan), kita dapat berjalan masuk ke gedung utama Perpusnas yang berlantai 27.

Fasilitas:

Informasi Tiap Lantai Perpustakaan


Lantai 1:
Lantai 1 adalah lobby hall dan display, di sini terdapat foto, koleksi buku Presiden-Presiden Republik Indonesia. Jangan lupa kita harus menitipkan tas di lantai 1 karena jika ingin masuk tidak diperkenankan membawa tas, terdapat loker dan kunci loker, serta jika ingin membawa laptop kita dapat meminta tas laptop ke petugas pelayanan.

Lantai 2:
Jika ingin melakukan pendaftaran keanggotaan dapat dilakukan di lantai 2. Lantai 2 merupakan tempat layanan keanggotaan dan penelurusan informasi. Aku sarankan kita harus membuat kartu anggota karena di setiap lantai biasanya kita diminta oleh petugas untuk menunjukkan kartu anggota. Untuk pembuatan kartu anggota hanya dibutuhkan KTP saja!, kita dapat mengisi data di komputer yang telah disediakan dan menunggu antrian cetak kartu. Foto kartu anggota langsung dilakukan saat kita mengambil kartu. Jadi kalau bisa sebelumnya kita udah merapikan diri atau berdandan biar fotonya bagus.

Lantai 3:
Di lantai ini adalah zona promosi budaya gemar membaca.

Lantai 4:
Area pameran dan kantin. Nah kalau kita lapar dan haus bisa ke lantai 4, ada food court dan koperasi dengan berbagai variasi makanan.  
Makanan di sini lumayan murah dan tidak mahal. ada paket nasi sop iga, gado-gado, nasi rames, dan berbagai jenis makanan lain, ada banyak pilihan jenis minuman di kantinnya. Waktu itu aku membeli pake nasi, sayur, daging, gorengan dengan harga Rp 20.000,00.


Lantai 5:
Lantai 5 adalah perkantoran.

Lantai 6:
Data Center dan Musholla

Lantai 7:
Layanan koleksi anak, lansia, dan disabilitas

Lantai 8:
Layanan koleksi audiovisual. Di sini kita bisa menonton film, menyewa koleksi dvd/vcd film, dan melihat surat kabar jadul yang telah difilmkan yang dapat kita putar di mesin Microform. Aku sarankan kalian harus mencoba Microform karena kita bisa melihat surat kabar terbitan jaman dahulu dan koleksinya cukup lengkap dari tahun 1800an, 1900an, dst.
Kita juga bisa mendaftar untuk ikut menonton film dengan jadwal yang telah ditentukan dengan kapasitas pengunjung 35 orang.

Mesin Microform

Mesin Microform

Lantai 9:
Layanan Koleksi Naskah Nusantara. Di sini kita bisa melihat naskah-naskah dari jaman kerajaan di Indonesia seperti naskah lontar, babad. Ada juga buku-buku dari Tokoh Besar Indonesia seperti Abdurrahman Wahid. Tetapi hanya ada beberapa yang dipajang dan boleh dilihat, sebagian besar disimpan dan privat.

Lantai 10:
Penyimpanan koleksi deposit.

Lantai 11:
Penyimpanan koleksi monograf tertutup.

Lantai 12:
Ruang baca koleksi deposit.

Lantai 12A:
Ruang baca koleksi monograf tertutup.

Lantai 14:
Layanan koleksi buku langka.

Lantai 15:
Layanan koleksi referens.

Lantai 16:
Layanan kolesi foto, peta, dan lukisan.

Lantai 17:
Kantor AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Lantai 18:
Kantor AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Lantai 19:
Layanan Multimedia. Di sini kita dapat menggunakan fasilitas komputer yang terkoneksi internet atau dapat duduk santai menggunakan Wifi. Internetnya cepat dan stabil lho!!! Nah tadi di lantai 2 aku menyarankan untuk membuat kartu anggota, karena di lantai 19 kalau ingin memakai komputer harus menyerahkan kartu anggota.

Lantai 20:
Layanan koleksi berkala Mutakhir, layanan koleksi mancanegara, dan ilmu perpustakaan.

Lantai 21:
Layanan koleksi monograf terbuka (klas 000 - 499). Nah di sini tempatnya kalau kita mau mencari buku non fiksi. Tetapi buku hanya bisa dibaca di tempat, tidak boleh dipinjam.

Lantai 22:
Layanan koleksi monograf terbuka (klas 500 - 999). Di sini kita dapat membaca buku fiksi, tetapi tidak boleh dipinjam dibawa pulang. Koleksi buku fiksinya lumayan banyak, dan banyak banget buku jadul cetakan hardcover. Cocok banget buat anak Sastra. Di sini anak sastra atau yang suka baca buku pengarang luar dan dari tahun-tahun lama (Old School) bisa mencari di rak 800. Dijamin bakal histeris senang!!!

Lantai 23:
Layanan koleksi majalah terjilid.

Lantai 24:
Layanan koleksi budaya nusantara dan Eksekutif Lounge.

Penutup
Sebagai masyarakat Indonesia, kita seharusnya bangga dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dengan adanya perpustakaan yang besar ini. Dengan adanya perpustakaan modern dan koleksinya yang lengkap kita dapat menambah wawasan dan pengetahuan dengan kemudahan akses dan layanan bagus yang diberikan. Hanya dengan membawa KTP kita dapat langsung menerima kartu anggota, tanpa harus menunggu beberapa hari.
Ayo kita manfaatkan fasilitas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia!!!



Sekian sharing pengalaman kali ini, semoga bermanfaat 💓
-Wulanhand

Comments

Popular posts from this blog

Review Patyka Skin Care

Vitalis Fragranced Deodorant

Cara Ngopi Irit di Starbucks